Juwet tergolong tumbuhan buah-buahan yang berasal dari Asia dan
Australia tropik. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama
di hutan jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m
dpl. Pohon dengan tinggi 10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya
bengkok, dan bercabang banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5
cm. Helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik,
pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan
atas mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm, warnanya hijau. Bunga
majemuk bentuk malai dengan cabang yang berjauhan, bunga duduk, tumbuh
di ketiak daun dan di ujung percabangan, kelopak bentuk lonceng berwarna
hijau muda, mahkota bentuk bulat telur, benang sari banyak, berwarna
putih, dan baunya harum. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm,
masih muda hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan. Biji satu,
bentuk lonjong, keras, warnanya
ungu kehitaman. Berakar tunggang, bercabang-cabang, berwarna cokelat muda. Biasanya, buah jamblang yang masak dimakan segar. Rasanya agak asam dan sepat. Kulit kayu bisa digunakan sebagai zat pewarna. Namun saat ini keberadaan pohon juwet sudah sangat langka. saya sendiri belum pernah melihatnya, kata abiku waktu beliau sekolah SD tahun 80an, sering makan buah juwet, cerme, wuni salam dan masih banyak lagi buah kampung. insyaAlloh akan saya posting juga disini, semoga diberi kesempatan dan bisa bermanfaat.
ungu kehitaman. Berakar tunggang, bercabang-cabang, berwarna cokelat muda. Biasanya, buah jamblang yang masak dimakan segar. Rasanya agak asam dan sepat. Kulit kayu bisa digunakan sebagai zat pewarna. Namun saat ini keberadaan pohon juwet sudah sangat langka. saya sendiri belum pernah melihatnya, kata abiku waktu beliau sekolah SD tahun 80an, sering makan buah juwet, cerme, wuni salam dan masih banyak lagi buah kampung. insyaAlloh akan saya posting juga disini, semoga diberi kesempatan dan bisa bermanfaat.
Nama Lokal :
NAMA DAERAH Sumatera: jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Mink.). ]awa: jamblang (Sunda), juwet, duwet, d. manting (Jawa), dhalas, d. bato, dhuwak (Madura). Nusa Tenggara: juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima), jambulan (Flores) . Sulawesi: raporapo jawa (Makasar), alicopeng (Bugis). Maluku: jambula (Ternate). Melayu: jamlang, jambelang, duwet. NAMA ASING Hainan pu tao, wu kou guo, zi pu tao (C), waa (T), java plum, black plum, jambolan, jambul (I). NAMA SIMPLISIA Syzygii cumini Cortex (kulit kayu jamblang), Syzygii cumini Semen (biji jamblang).
NAMA DAERAH Sumatera: jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Mink.). ]awa: jamblang (Sunda), juwet, duwet, d. manting (Jawa), dhalas, d. bato, dhuwak (Madura). Nusa Tenggara: juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima), jambulan (Flores) . Sulawesi: raporapo jawa (Makasar), alicopeng (Bugis). Maluku: jambula (Ternate). Melayu: jamlang, jambelang, duwet. NAMA ASING Hainan pu tao, wu kou guo, zi pu tao (C), waa (T), java plum, black plum, jambolan, jambul (I). NAMA SIMPLISIA Syzygii cumini Cortex (kulit kayu jamblang), Syzygii cumini Semen (biji jamblang).
Syarat Tumbuh
Duwet/Jamblang dapat tumbuh baik di
daerah tropik pada ketinggian 600 m dpl., walaupun dijumpai juga pada
ketinggian sampai 1800 m dpl. Pada kondisi terakhir itu pohonnya tidak
dapat berbuah, tetapi dapat dimanfaatkan kayunya. Tanaman ini berkembang
dengan baik di wilayah yang curah hujan tahunannya di atas 1000 mm,
dengan musim kering yang tegas. Duwet tumbuh di tepian sungai dan dapat
bertahan terhadap genangan yang berkepanjangan. Setelah masa pertumbuhan
awal, tanaman ini toleran terhadap kekeringan. Juga mampu tumbuh di
daerah yang hangat dari wilayah subtropik. Di Florida bagian selatan
(Amerika Serikat), pohon duwet dewasa dapat terganggu oleh adanya embun
beku yang kadang-kadang turun. Duwet dapat tumbuh subur pada berbagai
tipe tanah, di lahan basah dan rendah, dan lahan yang lebih tinggi
dengan sistem pengaliran air yang baik (tanah liat, campuran tanah liat
dan kapur, tanah berpasir, tanah berkapur).
|
Pedoman Budidaya
Duwet pada umumnya diperbanyak dengan
benih (yang cepat kehilangan viabilitasnya), walaupun kultivar unggul
dapat diperbanyak secara aseksual dengan pencangkokan, pelengkungan,
penyambungan, dan penempelan. Dalam pencangkokan, cabang-cabang yang
telah berakar dapat dipisahkan dalam waktu 90 hari setelah pelaksanaan
pencangkokan itu. Penyambungan dan penempelan dilakukan untuk
perbanyakan dalam skala besar. Penyambungan celah (cleft grafting),
yaitu metode yang digunakan di Filipina, dapat dilakukan dalam bulan apa
saja, tetapi keberhasilan sampai 95 96 dapat dicapai jika dikerjakan
dalam bulan November sampai Desember. Penempelan dapat dilakukan dengan
metode sumbat (patch) atau perisai (shield). Tanaman hasil penempelan
atau hasil penyambungan dapat ditanam pada awal musim hujan dengan jarak
tanam yang diajurkan, yaitu 8-10 m.
|
Pemeliharaan
Pohon duwet memerlukan sedikit saja
perawatan dan perhatian sampai menghasilkan buah. Di India, pupuk
diberikan setelah panen. Jika hasil buahnya tidak memuaskan, pohon duwet
dapat dicoba dipangkas akarnya atau dikerat-lingkar (girdled).
|
Hama dan PenyakitTidak ada penyakit dan harna yang berbahaya menyerang .pohon duwet. Ulat pemakan daun, lalat putih, kutu perisai, kutu bubuk, dan lalat buah kadang-kadang mencapai tingkat yang merusak. |
Panen dan Pasca Panen
Buah-buah duwet tidak matang pada saat
yang sama. Buah matang berubah warnanya menjadi lembayung tua atau
hampir hitam, dan akan jatuh ke tanah. Buah yang dimanfaatkan untuk
keperluan nunahtangga dapat cukup clikumpulkan dari bawah pohonnya saja,
tetapi untuk dipasarkan sebaiknya dipetik dengan selektif. Pemanenan
ini merupakan pekerjaan yang memakan waktu, karena pohonnya harus
dipanjat untuk dipetik buahnya yang matang, dengan tangan. Hasil Hasil
buahnya sangat bervariasi; pohon yang berbuah lebat menurut -laporan
menghasilkan sampai sebanyak 100 kg per pohon. Pohon-pohon yang berasal
dari klon tetap berperawakan lebih kecil, tetapi masih dapat
menghasilkan 60-70 kg, jumlah buah sedemikian itu cukup banyak untuk
seorang petani pelcarangan. Penanganan pasca panen Buah duwet
dipilahpilah, yang rusak atau yang berukuran terlalu kecil dibuang.
Buah-buah itu segera dibawa ke pas air dan segera diperjualbelikan,
mengingat buah itu sangat mudah rusak
|
Perlu Dipupuk dan Dipangkas
Sebelum ditanam permanen, lebih dulu disiapkan lubang tanam yang telah
diberi pupuk kandang dan zat antirayap. Pembuatan lubang tanam sama
dengan tanaman buah lainnya. Selanjutnya 4 -6 bulan sekali tanaman
diberi pupuk kandang dan ZPT untuk merangsang pertumbuhan. Tidak
ketinggalan sebulan sekali juga disemprot zat antihama, untuk mencegah
serangan hama dan penyakit. Menjelang berbunga, kira-kira umur 4 tahun,
ditambahkan pupuk NPK (15 – 15 – 15) dengan dosis secukupnya. Selain itu
enam bulan sekali juga diberikan zat antirayap.
Pupuk diberikan dengan cara membuat alur di sekeliling tanaman. Pupuk
disebar merata, lalu ditutup dengan tanah. Agar tetap gembur, tanah di
sekitar tanaman juga perlu didangir secara rutin. Dua tahun sekali
dilakukan pemangkasan cabang-cabang yang kira-kira tidak diperlukan,
bentuknya kurang bagus atau lemah. “Cabang-cabang di bagian bawah juga
dipangkas, karena saya menginginkan tanaman tumbuh tinggi, kata Henny.
Dengan pemangkasan ini diharapkan akan tumbuh tunas-tunas baru yang
lebih baik dan sehat. Dengan perawatan yang baik, duwet putih akan
tumbuh subur dan bebas hama penyakit. Tanaman yang berasal dari biji
akan berbuah setelah berumur 5 -6 tahun. Selain buahnya dapat dimakan,
kulit biji duwet puih ini juga diyakini sebagai obat kencing manis.
Sumber :
http://www.warasfarm.wordpress.com
http://madang-dab.blogspot.com/2014/05/duet-putih.html